Hiii Hiiii!!!
Aku ngepost cerpen ya!! Nie tugas Bahasa Indonesia waktu saya kelas XII semester I.
gila bikinnya cuma 2 jam lohh.. sebenarnya saia malas bikin nie cerpen. tapi ada seseorang yang ngasih saia semangat buat bikin nie cerpen.
Tapi tauk gak ada cerita yang menjengkelkan karena nie cerpen.
Ceritanya gini,, kan saya udah ngeprint nie cerpen jadi besoknya tinggal di bawa aja ke sekolah.
Ehh besoknya gara-gara bangun telat saya jadi buru-buru ke skul n lupa bawa nie cerpen.
Akhirnya karena hari itu adalah hari terakhir pengumpulan tugas,, dengan hati yang kesal+jengkel+sedih saia nulis ulang nie cerpen (untung inti ceritanya masih saia ingat).
Penderitaan saia tidak berhenti sampe disitu.
Ternyata saia juga lupa buat tugas matematika. N tugas itu juga harus dikumpul hari itu juga.
bener bener nasib saya udah jatoh ketimpa tangga pula.
Akhirnya saia membagi konsentrasi saya.
1 buat nulis cerpen, 1 lagi buat nulis tugas Mtk ( tapi sebenarnya saya nyontek loh,,hhe :D )
Tapi berhubung hari itu guru-guru mau rapat,, jadi kita gak belajar.
Awalnya saia senang nie karena saia punya waktu untuk ngerjain tugas,, ehh ternyata muncul lagi musibah.
guru PKn ngasi tugas dalam bentuk esai N juga harus dikumpul hari itu juga.
bener-bener nasib saia sial banget.
tangan ampe kek mau patah gara-gara ngerjain 3 tugas sekaligus.
tapi itu merupakan pelajaran supaya saia gak ceroboh ninggalin tugas,,hhe :)
Okay,, diz iz my short story. enjoy it :)
“Life is beautiful if we enjoy it”
S M A …
Katanya sih masa SMA itu adalah masa yang paling indah. Apa iya???
Tahun ini aku lulus SMP. Dan aku memutuskan masuk di salah satu SMA favorit di kotaku. Kira-kira aku bakalan seperti apa ya di SMA nanti??
Well,, cerita dimulai dari sini…
:) :)
Namaku Quindra. Lengkapnya Quindra Lovely Isebelle. Hmmm kata teman-teman SMPku, namaku bagus. Dan aku memang menyukai namaku. Entah mengapa orangtuaku menamaiku Quindra. Tapi tak apalah, soalnya namaku keren sih… Aku memiliki 2 orang sahabat. Namanya Zefa Bilqis Auliandry atau Iqis dan Bintang Bianca Aquilla atau Anca. Kami telah bersahabat sejak kami masih duduk di bangku sekolah dasar. Kami sudah layaknya saudara. Tidak ada lagi rahasia diantara kami. Tapi ada sebuah rahasia yang tidak diketahui oleh mereka. Rahasia yang hanya aku dan kedua orangtuaku yang tahu, dan ku harap mereka tidak usah tahu.
“Dra,, besok kita ke sekolah bareng yuk??” ajak Iqis. “Iya Dra. Kan kita masih baru di SMA Cahaya, aku gak mau kalo jalan sendiri-sendiri,” tambah Anca. Iqis dan Anca mencoba mengajakku untuk ke sekolah bareng. Kebetulan hari ini mereka menginap di rumahku. Ok kayaknya tidak ada salahnya deh kita pergi bareng. Kita kan baru masuk SMA. Jadi belum pada tahu kita di kelas mana.
“Mmmm boleh juga tuh ide kalian. Aku juga malas pergi ke sekolah sendirian. Ya sekalian kita nyari kelasnya kita. Kira-kira kita bakalan sekelas gak ya?” tanyaku pada mereka berdua.
“Ya aku juga gak tahu Dra. Tapi moga-moga aja ya kita sekelas. Huhh kalian berdua sih enak, setidaknya dah pada tahu sekolah baru kita kayak gimana. Aku sama sekali gak tahu bentuk sekolah itu.”
“Makanya Ca kalo liburan tuh jangan lama-lama. Kayak kita dong yang lebih mentingin ngurus urusan sekolah dibandingin jalan-jalan. Untung kamu punya kak Eric yang bisa bantuin kamu ngurus semuanya. Kalo gak,kamu gak akan bisa masuk di SMA Cahaya.”
“Iya Ca, Iqis bener. Untung juga nilai raport kamu bagus. Jadi gak perlu deh kamu repot-repot buat ngikut ujian masuk. Tinggal nyantai aja. Untung kamu pintar.”
“Oh iya dong Anca gitu lohh. Gak perlu susah-susah belajar buat ujian masuk. Cause I’m smart… hahahaha!!!”
“Uuuuuuuuuhhhhhhhhh,,baru dipuji gitu aja udah sombong.”
“Biarin aja.. weeeeekkk!!!” Anca menjulurkan lidahnya pada kami. Tapi saat dia menjulurkan lidahnya, Iqis melemparinya dengan botol jus kosong. Dan tepat mengenai dahinya.
“Aduhhh Iqis sakit tahu!!!”
“Biarin aja. Sakit yaa??? Kacian deh lu!!!”
“Udah udah gak usah berantem lagi. Makan yuuukkk. Dah lapar nie!!!”
“Okk,, serbuuuuuuuuuuuu!!!” Anca dan Iqis langsung berlarian menuju ruang makan. Mereka memang sudah menganggap rumahku seperti rumah mereka. Aku benar-benar bahagia punya sahabat seperti mereka. Mereka begitu pengertian dan mereka sudah seperti saudaraku. Tapi kalau mereka tahu seperti apa keluargaku yang sebenarnya, apa mereka masih mau menganggap aku sahabat? Ya Tuhan, aku gak siap kalo mereka sampai tahu hal ini… Tolong aku Tuhan!!!
“Dra, kok kamu masih dikamar sih? Ayo, katanya kamu dah lapar. Kita semua nungguin kamu tahu…” Anca tiba-tiba masuk di kamarku dan mengagetkan aku yang sedang melamun. Huuuhhh coba aja mereka tahu apa yang sedang aku takutkan saat ini.
“Dra,, helllooooo!! Lapar gak sih??” Anca kembali mengagetkan ku.
“Iyaa Ca, aku tahu… Udah turun duluan sana..”
“Ya udah aku tunggu di bawah. Cepetan ya. Jangan ngelamun lagi.”
“Iya iya. Cerewet banget sih..”
“Ehh, tapi ngomong-ngomong apa yang lagi kamu pikirkan sih?”
“Emmm lagi mikir…….”
“Quindra. Bianca. Katanya mau makan. Ayo cepat turun. Nanti makanannya keburu dingin nie.” Mama meneriaki aku dan Iqis untuk segera turun karena mereka sudah menunggu di lantai bawah.
“Tuh Dra, mama kamu dah marah. Ayo turun.” Anca menarik tanganku dan secepat kilat kami sudah tiba di lantai bawah.
“Halo semuanya. Maaf ya kita telat. Soalnya si Quindra ngelamun mulu kerjaannya.”
“Quindra, kamu jangan buat orang menunggu di meja makan. Itu tidak baik.” Papa menasihatiku. Biasanya aku begitu patuh pada papa. Tapi sekarang aku benar-benar membenci papa.
“Peduli apa sih papa. Gak usah deh ngurusin aku. Papa urusin aja sana teman-teman yang udah papa tipu.”
“Quindra, jaga mulut kamu. Jangan kurang ajar . Siapa yang mengajari kamu untuk kurang ajar sama papa kamu hehh?”
“Papa gak usah tanya. Karena aku gak bisa menghormati orang kayak papa. Orang yang cuma bisa bikin malu doang.”
Plaakkkkkkkkk!!! Sebuah tamparan tepat mengenai pipiku. Aku tahu aku kurang ajar. Tapi aku sudah muak dengan semua ini. Apa papa tidak sadar sama apa yang dia perbuat?
“Papa nampar aku? Harusnya papa yang ditampar di kantor polisi. Aku muak sama papa. Aku benci sama papa!”
“Quindra kamu ngomong apa sih. Om Irwan tuh papa kamu,” ucap Anca.
“Papa? Gak ada papa yang mau anak istrinya malu. Kalian gak tahu siapa papa aku sebenarnya.”
“Maksud kamu apa sih….”
“Sudah sudah. Quindra kamu tidak boleh ngomong seperti itu ke papa kamu. Papa kamu…” Omongan mama terhenti karena terdengar suara pintu diketuk oleh seseorang.
“Biar mama yang buka pintunya.” Mama membuka pintu dan ketika kembali ke ruang makan, wajah mama begitu sedih. Dan seperti ada bekas air mata dipipinya.
“Pa, ada yang mau ketemu sama papa,” ucap ,Mama.
“Siapa Ma?” tanya Papa.
“Polisi. Papa harus mempertanggungjawabkan perbuatan Papa.”
“Selamat siang Pak Irwan. Kami dari kepolisian. Ini ada surat perintah penangkapan Bapak.”
“Tunggu dulu Pak. Atas dasar apa Bapak mau membawa saya ke kantor polisi?”
“Ada orang yang melaporkan Bapak dengan tuduhan penipuan. Bapak diduga menipu orang dengan cara menawarkan kerjasama dibidang pertambangan batu bara.”
“Tapi Pak saya bisa jelasin semuanya.”
“Nanti Bapak akan menjelaskan semuanya di kantor. Permisi semuanya. Selamat siang.”
“Pa… Papa…” Mama berteriak histeris memanggil papa yang di bawa paksa ke kantor polisi. Aku bingung. Bianca dan Bilqis menatapku bingung. Aku yakin mereka pasti bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.
“Quindra, Mama mau ke kantor polisi dulu ya. Kamu mau ikut?”
“Gak Ma. Quindra gak siap. Quindra mau dirumah aja.”
“Ya sudah. Bilqis, Bianca, tante titip Quindra ya…”
“Iya tante,” ucap Iqis dan Ance bersamaan.
“Quindra sebenarnya ada apa sihh …….” Aku tidak menjawab pertanyaan Anca. Tapi aku berlari ke kamar. Ya Tuhan, cobaan apa ini? Aku benar-benar gak siap menghadapi semua ini.
“Quindra, kamu kenapa? Kamu bisa cerita semuanya ke kita. Kita akan selalu ada buat kamu Quindra.”
“Iya Dra. Kalo kamu sedih, kita juga sedih.” Anca dan Iqis masuk ke kamarku. Wajah mereka terlihat bingung. Tapi aku yakin mereka mau membantu aku. Tapi apa mereka akan tetap jadi sahabatku, kalau mereka tahu kalo papa itu seorang penipu?
“Apa kalau aku nyeritain yang sebenarnya, kalian gak akan ninggalin aku?”
“Dra, kita udah sahabatan lama. Apa pernah saat kamu ada masalah, kita ninggalin kamu? Gak pernah kan Dra?”
“Iya Dra, Iqis benar.Kita sahabat kamu. Kita akan selalu ada buat kamu.”
“Makasih ya. Hhhhhhhhhhhhhhhhhhh.” Aku menghela napas panjang. Aku harus menceritakan ini ke mereka. Apapun tanggapan mereka, aku harus siap.
“Papa itu seorang penipu,” aku mulai bercerita. “Kekayaan yang papa punya, semuanya dari hasil penipuan. Papa selalu mengajak teman-temannya untuk kerjasama di bidang pertambangan batu bara. Papa pintar untuk merayu teman-temannya. Dengan kata-kata manis, papa berhasil meminta uang dalam jumlah besar ke teman-temannya. Papa selalu mengatakan bahwa uang itu untuk membiayai berbagai macam keperluan. Teman-temannya percaya. Karena ternyata papa bekerja tidak sendiri. Papa bersama beberapa teman penipunya sudah memiliki rencana untuk menjebak banyak orang. Ketika aku mengetahui hal ini, aku jadi benci sama papa. Tega-teganya dia melakukan perbuatan itu. Aku tidak percaya, papa yang selama ini aku banggakan, ternyata adalah seorang penipu. Aku malu. Sebenarnya aku ingin menceritakan ini ke kalian. Tapi aku takut kalian akan menjauhi aku. Aku gak mau kehilangan sahabat seperti kalian.” Aku berhenti untuk menghapus air mataku. Lega. Semua telah aku ceritakan ke mereka. Apapun tanggapan mereka, aku siap.
“Dra, kamu salah. Sahabat itu gak cuma ada saat senang. Tapi yang namanya sahabat itu selalu ada saat kita senang atau pun saat kita sedih. Kalo kamu berpikiran kita akan ninggalin kanu, kamu salah. Kita akan tetap ada buat kamu.”
“Iya Dra. Kita bersahabat sama kamu, bukan karena harta yang kamu punya. Tapi karena sifat kamu. Kita gak akan pernah ninggalin kamu.”
“Benar? Makasih ya, aku memang beruntung punya sahabat seperti kalian..”
Everything I do…I do it for you… Handphoneku berdering. Ternyata dari mama.
“Halo ma? Ada apa?”
“…….”
“Iya ma, Quindra bakalan tetap dukung papa. Quindra sayang papa, ma… Quindra gak mau kehilangan papa. Tapi papa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya…”
Aku memutus sambungan telepon. Pikiranku kacau.
“Ada apa Dra?” tanya Iqis
“Banyak yang melaporkan papa atas tuduhan penipuan. Kata mama, papa tidak punya cukup bukti untuk membebaskan dirinya…”
“Tapi kamu tidak benci kan sama om Irwan? Om Irwan memang jahat sudah nipu banyak orang. Tapi saat ini yang om Irwan butuhkan adalah kamu dan mama kamu. Kalo kalian ada di dekat dia. Aku yakin om Irwan pasti bakalan kuat menghadapi semua ini,” ucap Anca.
“Aku akan selalu dukung papa. Aku sayang sama papa.”
“Gitu dong. Itu baru namanya Quindra. Sekarang kita ke kantor polisi ya. Kamu harus kasih dukungan ke papa kamu.”
“Iya Qis. Kalian temenin aku ke sana ya?”
“Pasti. Udah hapus air mata kamu. Sekarang tunjukin kalo kamu kuat.”
:) :) :)
Apapun yang terjadi, aku akan hadapi semua ini. Dengan orang-orang yang menyayangiku, aku pasti kuat. Pa,Quindra akan selalu dukung papa. Karena Quindra sayang sama papa. Papa tetap akan jadi orang yang paling Quindra banggakan. Life is beautiful if we enjoy it! Quindra sayang papa!
:) :) :)
